PKBM TRIMULYA PRATAMA

Situs Resmi PKBM Trimulya Pratama Kabupaten Brebes

  • Home
  • Profil
    • Sambutan
    • Profil Sekolah
  • Visi dan Misi
  • Program
  • Kelas Online
    • Kelas Online Paket C
    • Kelas Online Paket B
  • Perpustakaan
  • Infomasi
    • Artikel
    • Berita
    • Opini
    • Prestasi
    • Kegiatan
  • Foto
  • Video
Reading: BERKOMPROMI DENGAN BANCANA
Share
Font ResizerAa

PKBM TRIMULYA PRATAMA

Situs Resmi PKBM Trimulya Pratama Kabupaten Brebes

Font ResizerAa
  • Home
  • Profil
  • Visi dan Misi
  • Program
  • Kelas Online
  • Perpustakaan
  • Infomasi
  • Foto
  • Video
Search
  • Home
  • Profil
    • Sambutan
    • Profil Sekolah
  • Visi dan Misi
  • Program
  • Kelas Online
    • Kelas Online Paket C
    • Kelas Online Paket B
  • Perpustakaan
  • Infomasi
    • Artikel
    • Berita
    • Opini
    • Prestasi
    • Kegiatan
  • Foto
  • Video
PKBM TRIMULYA PRATAMA > Artikel > BERKOMPROMI DENGAN BANCANA
Artikel

BERKOMPROMI DENGAN BANCANA

PKBM TRIMULYA PRATAMA
Last updated: April 19, 2025 3:46 pm
By
PKBM TRIMULYA PRATAMA
Share
7 Min Read
SHARE

BERKOMPROMI DENGAN BENCANA

Oleh: Urip Triyono, SS, MM.Pd.

Penulis adalah Guru Bahasa Jawa di SMP Negeri 2 Jatibarang Kabupaten Brebes

Pengantar

Belum hilang dalam ingatan kita, peristiwa bencana alam berupa gempa bumi di Lombok yang menelan banyak harta, benda, dan jiwa. Beberapa saat kemudian, gempa dan tsunami menerjang Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah. Tidak terhitung berapa kerugian yang terjadi akibat kedahsyatan musibah tersebut. Ribuan rumah, harta benda, dan nyawa tak tehitung jumlahnya, terasa sungguh menyedihkan dan menyayat hati. Tampaknya bencana demi bencana yang datang silih berganti ini memberikan berbagai macam sinyal bagi kehidupan kita. Sinyal bagi keberlangsungan hidup dan keharmonisan bersama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia ke depan.

Pesan

Sebagai masyarakat yang religius, apa yang terjadi dalam diri  dan sekitar kita diyakini sebagai kodrat dan iradat Allah, kepastian dan kehendak Tuhan penguasa semesta alam. Allahlah Tuhan yang berhak, berkehendak, dan berwenang memutarbalikan segala sesuatu, tanpa ada satu kekuatan pun yang dapat menahannya. Kejadian demi kejadian yang menyangkut perilaku alam dalam bentuk gempa bumi, tsunami, pergerakan tanah (likuifaksi), banjir, gunung meletus, dan seterusnya adalah dalam rangka ‘relaksasi’ alam menuju harmoni yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa. Alam memberikan reaksi ketika pihak lain, dalam hal ini manusia, memberikan aksi yang begitu berlebihan dan cenderung brutal ketika memperlakukan alam sekitar.

Allah, Tuhan penguasa alam raya ini telah menginformasikan kepada kita, bahwa kehadiran bencana atau musibah pada suatu kaum bukan tanpa alasan yang jelas. Bencana atau musibah selalu datang mengikuti kemana arah kerusakan yang diperbuat oleh ulah tangan manusia secara tepat dan terukur, mengikuti perintah-Nya menurut hukum alam yang telah ditetapkan.  Dalam Surat Ar Ruum: 41, Allah telah berfirman yang berbunyi: zhoharol-fasaadu fil-barri wal-bahri bimaa kasabat aidin-naasi liyudziiqohum ba’dhollazii ‘amiluu la’allahum yarji’uun. Artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ayat tersebut di atas memberikan jawaban kepada kita, bahwa sesungguhnya alam sangatlah santun kepada manusia, memberikan berbagai kebutuhan manusia tanpa meminta imbalan lebih. Namun, ketika hawa nafsu manusia yang berlebihan diperturutkan, nafsu yang tidak terkendali ketika berinteraksi dengan alam dipuaskan, mendorong ekspoitasi alam tanpa kendali inilah yang mengundang efek negatif. Eksploitasi tanpa kendali ini secara otomatis akan merusak harmoni yang semula seimbang menjadi timpang, akibat ketidakseimbangn alam kemudian mengundang naluri dasar alam melakukan harmonisasi ulang (reharmonisasi). Proses harmonisasi alam inilah yang dipandang oleh sebagian manusia sebagai bencana alam, tergantung dari sudut mana kita memandang dan memaknai. Peristiwa bencana atau musibah alam  pada hakekatnya proses yang alami ketika alam diperlakukan di luar batas kelaziman dan kepatutan. Alam hanya menjalankan proses harmonisasi sesuai sunatullah untuk mencapai keadaan seimbang sebagaimana sedia kala, tidak lebih.

Pesan dalam bencana inilah yang seharusnya ditangkap oleh kita semua, baik yang terkena langsung dampak bencana, yang berempati akibat bencana, ataupun yang hanya menjadi penonton ketika terjadi bencana. Pesan bahwa terjadinya bencana bukan tanpa sebab,  melainkan akibat nafsu manusia yang melebihi batas-batas kepatutan dalam memperlakukan alam. Alam hanya akan memberikan reaksi sepadan dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah tangan manusia, baik kerusakan fisik (alam) terlebih lagi kerusakan mental (kesyirikan). Kerusakan mental ditengarai sebagai faktor dominan yang mengundang hadirnya bencana demi bencana yang terjadi di negeri ini.

 

Kompromi

            What next? Marilah kita bersikap arif  dalam memandang terjadinya bencana demi bencana yang melanda bangsa kita akhir-akhir ini. Ayat-ayat kauniyah yang berupa bencana alam ini kita tangkap sebagai sinyal-sinyal keilahian, untuk mengingatkan diri kita agar lebih waspada dan segera berbenah untuk mendekatkan diri kepada Allah, TuhanYang Maha Pencipta sebagai penyebab gerak seluruh kejadian di alam raya ini (causa prima), sebelum semuanya terlambat. Artinya, sebelum kematian atau kiamat kecil menerpa diri kita, sebagaimana yang telah dirasakan oleh saudara-saudara kita di Lombok dan Palu baru-baru ini, kita persiapkan segala sesuatunya semenjak sekarang agar tidak menyesal dikemudian hari. Jauh dari lokasi bencana sekarang bukan berarti tidak akan terkena bencana, atau tidak mungkin menimpa kita berikutnya. Bisa jadi kita yang jauh dari lokasi akan menyusul seperti mereka, karena hal ini merupakan rahasia ilahi. Bagaimana kalau ternyata retakan bumi sedang berproses menuju ke tempat kita berpijak, apakah kita kuasa menahannya? Tentu tidak, tiada daya dan upaya kecuali yang datangnya dari sisi Allah, robbal ‘aalamiin.

Marilah berkompromi dengan bencana yang terjadi, karena tidak ada yang salah dengan naluri alam ini. Bermuhasabah, menginsafi diri kita sebagai mahluk yang lalai dan lemah, kemudian memohon ampun atas segala kezaliman kita merupakan tindakan yang palin akomodatif dan egaliter. Melaksanakan segala perintah-perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-larangannya secara konsisten adalah cara terbaik mencegah bencana yang mengarah kepada diri kita. Membangun komunikasi yang menjunjung tinggi etika dan moral dengan masyarakat dan alam sekitar dilandasi oleh ketundukan dan kepatuhan kita kepada-Nya akan meneguhkan kembali keseimbangan alam. Teguhkan kembali komitmen kita sebagai khalifah di muka bumi, sebagai pemimpin dan pengelola bumi yang akan dimintai pertanggungjawaban ketika kita telah menghadap Sang Khalik kelak.  Jangan menjadi manusia dungu dalam membaca dan memahami ayat-ayat yang terpampang pada diri kita dan alam raya ini karena semuanya tergambar secara jelas. Jadikan seluruh ayat-ayat tersebut sebagai sumber inspirasi mengadakan perubahan, perubahan dari perilaku merusak menuju pada perilaku takwa, yang hanya tunduk dan patuh kepada syari’at-syari’at-Nya.

 

Penutup

Sekali lagi, bencana adalah proses harmonisasi alam menuju keseimbangan yang azali, reaksi atas aksi yang diberikan oleh manusia. Bencana dapat menjadi azab dan laknat bagi mereka yang kufur, menjadi peringatan bagi mereka yang lalai, dan nikmat bagi mereka yang jiwanya telah pasrah semata-mata mengharap ridho-Nya. Tinggal bagaimana kita memaknai itu semua dalam kerangka peribadatan kepada Allah Subhanahu wa ta ‘alaa, Tuhan semesta alam. Semoga terjadinya bencana yang datang silih berganti bukan sebagai sinyal akan hilangnya eksistensi negeri ini. Wallahu ‘alam bishowwaab.

***

 

Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Threads Copy Link

Recent Posts

  • (tanpa judul)
  • BANGKIT DARI MIMPI BURUK
  • PENDIDIKAN CALON MANUSIA (MONSTER)
  • MEMBUMIKAN GERMAS DALAM KELUARGA
  • KARTINI PADA ERA KEKINIAN

Recent Comments

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.

Anda Mungkin Juga Menyukainya

ArtikelOpini

BANGKIT DARI MIMPI BURUK

5 bulan ago
Artikel

PENDIDIKAN CALON MANUSIA (MONSTER)

6 bulan ago
Artikel

MEMBUMIKAN GERMAS DALAM KELUARGA

6 bulan ago
Artikel

KARTINI PADA ERA KEKINIAN

6 bulan ago
Copyright © PKBM TRIMULYA PRATAMA. All Rights Reserved.